Dahulu di daerah pesisir pantai Biak Timur terletak beberapa perkampungan. Dari sekian itu terdapat dua buah kampung yang letaknya berdekatan, yaitu kampung Saba dan Warwe. Pada kedua kampung dimaksud berdiam pula beberapa keret dan salah satu diantaranya adalah keret YOMNGGA. Di keret ini hiduplah seorang nenek bersama-sama tiga orang cucunya, yakni seorang perempuan dan dua orang laki-laki.

Adapun ketiga bersaudara ini dibesarkan oleh neneknya, karena sewaktu masih kecil ayah bundanya telah lama meninggal dunia. Wajarlah bagi si nenek dalam menjamin kelangsungan hidup cucunya dengan penuh pengorbanan dan kasih sayangnya. Dalam menyambung hidupnya sehari-hari si nenek berladang. Ternyata nenek sudah mengerjakan sebuah ladang dan ditanami pula dengan berbagai tanaman. Setiap pergi dan pulang selalu melalui jalan Serbiser, yakni sebuah jalan dari kampung yang menuju ladangnya. Walaupun jaraknya jauh, namun bagi si nenek tidak menjadi penghalang, karena sudah biasa menempuh jarak itu.

Konon di sekitar jalan Serbiser ada penghuninya yang selalu mengawasi setiap insan yang lalu lalang disitu. Termasuk juga si nenek dengan cucunya Yomnnga yang sudah menjadi seorang gadis. Penghuni itu adalah seekor ular Naga yang rupanya telah lama jatuh cinta terhadap Yomngga. Namun bagaimana caranya supaya dapat memilki gadis itu baginya belum ada peme-cahan. Pada suatu hari pergilah si nenek bersama Yomngga hendak mencari nafkah di ladangnya. Mereka melalui jalan Serbiser dan tanpa di ketahui bahwa ada yang sedang mengamati keper-giannya. Setelah keduanya berlalu sang Naga tak dapat menahan dirinya lagi ketika melihat gadis Yomngga. Baginya sekarang, timbul berbagai pertanyaan dalam benaknya.

“Bagaimana caranya agar aku dapat memiliki gadis itu ? Dengan jalan apa supaya aku dapat mengikuti jejaknya ke rumah untuk bertindak sebelum terlambat.” tanyanya dalam hati.
“Sekarang juga aku mencari tempat yang baik dan aman untuk mewujudkannya,” katanya.

Iapun segera mencari dan membelitkan tubuhnya pada sebatang pohon yang berada di pinggir jalan, dekat dengan sebuah tanjakan, kemudian menunggu. Sepanjang hari ia menunggu, akhirnya matahari pun condong ke barat tanda hari sudah sore.

Dijalan Serbiser kini menjadi sunyi, segenap margasatwa di sekelilingnya berdiam diri, sebab di rasanya sebentar lagi ada sesuatu keanehan yang akan terjadi di tempat itu. Sementara itu si nenek dengan cucunya sedang dalam perjalanan pulang. Makin lama makin mendekat ke tempat naga itu, dan sejurus kemudian tibalah mereka pada tanjakan tesebut tadi. Karena tanjakan ini agak sulit untuk di turuni maka si nenek lebih dahulu, sedangkan si gadis menunggu serta mengamati neneknya yang turun. Inilah saat yang terbaik bagi si ular naga untuk mewujudkan niatnya. Dalam kesempatan ini ular naga menjulurkan tubuhnya serta melingkarkan tubuhnya ke dalam noken si gadis. Karena perhatiannya tertuju pada neneknya, maka sedikitpun tidak merasakan apa yang sedang terjadi atas dirinya.

Kini giliran si gadis Yomngga untuk menuruti tempat tersebut dan setelah berada di bawah segera menyusuli neneknya. Sejurus kemudian tibalah mereka di tempat mandi yang berada di pinggir jalan. Karena sudah mendekati kampung, mereka berhenti untuk melepaskan lelah sambil mandi. Setelah mandi keduanya berkemas lagi hendak melanjutkan perjalanannya. Saat itulah si nenek melihat ular besar di noken cucunya. Mereka ketakutan lalu lari meninggalkan nokennya. Sementara itu terdengarlah suara ular memanggilnya dari belakang. Karena mereka berdua sudah lelah maka berhentilah mereka serta bertanya siapa gerangan sebenarnya ular itu? Keduanya menjadi heran, sebab ular itu memanggilnya seperti manusia. Oleh sebab itu mereka kembali untuk mengetahui apa yang sebenarnya di inginkan oleh ular itu.

“Hai, perempuan janganlah takut kepadaku, tetapi bawalah aku kerumahmu dan sembunyikan aku dalam kamarmu , “ kata ular naga .

Ketika mendengar kata – kata itu keduanya saling berpandangan, akhirnya bersepakat untuk membawanya. Sekarang mereka berani untuk membawa nokennya bersama ular itu lalu pergi. Setiba di rumah ular disembunyikan di dalam kamar gadis itu. Setiap malam mutiarannya bersinar – sinar menerangi kamar si gadis. Melihat keadaan itu takutlah kedua saudaranya. Mereka tidak berani pula menanyakan hal itu baik kepada saudaranya maupun si nenek .
Kini mereka hidup bersama naga dengan penuh rahasia. Hanyalah gadis Yomngga yang mengetahui segalanya. Pada malam hari menjelmalah naga menjadi manusia dan menemani gadis itu di tempat tidurnya. Keinginannya untuk mengawini gadis Yomngga itupun tercapailah. Hari dan bulan berganti maka hamillah gadis Yomngga. Kedua saudaranya mengetahui pula keadaan adiknya lalu menanyakannya.

“Siapakah yang melakukan perbuatan itu,“ tanyanya .
“Dari sekian banyak pemuda yang di kampung ini, tak ada seorang yang melakukannya . Hanya satu , yakni dengan ular naga yang selama ini ada dalam kamarku ,“ jawabnya .

Mendengar jawaban saudaranya, mereka belum yakin, oleh sebab itu diajak adiknya untuk melihat dimanakah ular naga yang berada di kamarnya. Pintu kamarpun dibukakan dan terkejutlah keduanya demi melihat naga itu dikamar saudaranya . Kemarahannyapun menjadi – jadi, karena hal itu telah berlangsunglama tanpa diketahuinya. Mereka segera meninggalkan saudaranya dengan perasaan jijik. Dibalik itu kedunya sudah sepakat hendak membunuh ular, sebelum hal yang memalukan itu di ketahui oleh orang kampung. Pada suatu hari keluarlah mereka hendak mencari ikan di laut. Mereka menyelam mengitari batu – batu karang disekitar kampungnya. Betapapun tekunnya mencari ikan, namun sial baginya karena seekorpun tidak diperoleh. Dengan hati kesal mereka pulang dan setibanya di rumah naga itu bertanya :

“ Bagaimana hasilmu hari ini?“
“Tak ada seekorpun! Kami tak sanggup menyelam kedasar laut, karena tidak ada alat yang dapat kami gunakan untuk menangkap ikan,“ jawabnya .
“kalau demikian kamu harus menyiapkan akar tuba , sebab dengan akar tuba ini kita dapat mencari ikan – ikan dalam karang,“ kata naga itu.

Mendengar usul itu keduanya bergembira sekali . Lalu pergilah mereka ke hutan untuk mencari akar tuba yang di maksudkan oleh naga. Tak lama kemudian merekapun keluar dari hutan dengan membawa empat ikat akar tuba dan setibanya dirumah di serahkannya pada naga itu. Keesokan harinya, keluarlah naga bersama kedua bersaudara itu hendak mencari ikan dengan mepergunakan akar tuba yang di bawanya . Ketika mereka tiba di suatu tempat yang di duga banyak ikannya , yaitu di sebuah batu yang bernama Inggow. Di sini mereka berlabuh lalu mempergunakan akar tuba untuk meracuni ikan – ikan yang berada di bawah batu. Sesaat kemudian matilah ikan – ikan itu, maka bergembiralah kedua bersaudara itu, sambil memunguti ikan – ikan yang tak berdaya lagi. Untuk mengikat perahu , ular naga menggunakan ekornya sebagai pengikatnya. Naga terus meracuni ikan , tanpa mengetahui apa yang akan terjadi atas dirinya . sedang asyik – asyiknya mengumpulkan ikan, maka bersepakatlah keduanya untuk melakukan niat jahat mereka itu. Oleh sebab itu mereka naik ke perahu, kemudian si kakak mengambil parangnya , lalu memotong ular naga menjadi delapan potong. Seketika itu matilah naga itu dan masing – masing potongan diberi nama sebagai berikut:

1. Karu Sram (batu orang muda)
2. Sawaki
3. Kaduki (sejenis tumbuhan di hutan yang melekat pada pohon)
4. Karbui
5. Ifenker (sepenggal bete)
6. Women simbrir (budah budar)
7. Amawi (penoko sagu)
8. Mansasio (terbelah)

Mengetahui kejadian itu marahlah si nenek dan Yomngga, lalu mengasingkan diri ke dalam hutan. Dari sana mereka kembali lagi ke kampung hendak menguburkan bangkai – bangkai naga itu. Setiba di pantai dikumpulkannya potongan – potongan bangkai naga , lalu di aturnya berderatan , melintang dari barat ke timur, di antara kampung Saba dan Warwe. Pada saat itu juga berubahlah tubuh naga itu menjadi batu karang yang hingga kini menjadi pulau – pulau kecil di sekitar kedua kampung tersebut. Setelah peristiwa pembunuhan maka genaplah waktunya bagi Yomngga untuk melahirkan. Ia kemudian melahirkan sepuluh ekor anak ular.

Karena janda muda ini sudah menjanda beberapa tahun , maka datanglah seorang laki – laki hendak meminangnya. Lelaki itu berasal dari keret Faindan. Perkawinan yang di anggap bahagia itu tidak berjalan begitu lama. Penyebabnya ialah bila lelaki itu hendak bergaul dengan istrinya ia selalu keracunan dan akhirnya meninggal dunia. Kematian ini menimbulkan pembunuhan antara pihak lelaki dengan pihak istrinya. Setelah dicari penyebab kematian maka si neneklah yang mengobatinya dengan daun – daunnan, maka keluarlah anak ular itu. Anak ular itu adalah salah satu dari sepuluh anak ular yang telah di lahirkan.

Dengan adanya peristiwa ini , rahasia perkawinan naga dengan gadis Yomngga terbongkarlah dan tersebar luas serta menjadi buah bibir penduduk kampung. Keret Yomngga merasa malu, lalu bermufakat untuk meninggalkan kampungnya. Mereka mengarungi laut dengan perahunya ke arah barat lalu mendiami daerah Sorong dan Raja Ampat, dekat sebuah sungai kecil yang di beri nama sungai Yomngga. (*)

Sumber di sini